Saturday, September 25, 2010

Inggris Tahan Pembakar Al-Quran

VIVAnews - Kepolisian Inggris menahan enam orang yang diduga sebagai pelaku pembakaran Al-Quran di belakang sebuah kedai minum (pub) di utara negara itu. Pemerintah Inggris juga mengecam keras aksi mereka, yang dinilai dapat membuat perpecahan di kalangan masyarakat.

“Pemerintah mengutuk keras setiap usaha yang menciptakan perpecahan di masyarakat. Kami telah berkomitmen untuk memastikan setiap warga negara bebas menjalani kehidupan mereka tanpa rasa takut dihina dan dilecehkan karena karakter tertentu yang dimilikinya, seperti agama,” ujar pernyataan dari Kementerian Dalam Negeri Inggris, Rabu, 22 September 2010, seperti dilansir dari harian The Guardian.

Pembakaran dilakukan di belakang sebuah pub bernama The Bugle di Leam Lane, Gateshead, dan dipajang pada situs berbagi video YouTube. Pada video tersebut diperlihatkan dua orang lelaki mengenakan penutup wajah, menggunakan sweater, menyiramkan bensin ke Quran dan membakarnya.

Di sekeliling mereka terdapat beberapa orang yang juga mengenakan penutup wajah. Mereka meneriakkan “Ini untuk prajurit di Aghanistan; 11 September adalah hari bakar Quran internasional”. Polisi, yang mengetahui mengenai video ini dari informannya, langsung menciduk para pelaku.

Keenam orang ini ditahan atas tuduhan memicu kebencian rasial dan menyebarkan pembakaran itu melalui video. Hal ini melanggar Undang-undang Ketertiban Umum Inggris tahun 1986 pasal 21 yang berbunyi: “Seseorang yang menyebarkan, atau menunjukkan atau memainkan, sebuah rekaman visual atau suara yang mengancam, melecehkan atau menghina dinyatakan bersalah jika dia dengan sengaja bertujuan untuk memicu kebencian rasial”.

Polisi menolak mengatakan apakah komplotan ini berhubungan dengan kelompok kanan Liga Pertahanan Inggris (English Defense League/EDL), sebuah kelompok anti ekstrimisme Islam di Inggris. Saksi mata mengatakan bahwa pub ini menjadi target polisi karena pelanggannya diduga mempunyai hubungan dengan EDL.

Namun, pada websitenya, EDL mengatakan bahwa mereka adalah organisasi penentang ekstrimisme Islam namun dengan jalan yang damai. EDL juga mengatakan mereka tidak membenarkan pembakaran terhadap setiap kitab suci. Namun, banyak protes yang dilancarkan oleh anggota EDL memiliki unsur rasisme, kekerasan dan Islamophobia.

Peneliti senior dari Departemen Pertahanan Inggris, Rachel Riggs, mengatakan bahwa penyebaran video ini akan membahayakan pasukan mereka di Timur Tengah. Dia juga memperingatkan resiko Inggris akan semakin menjadi incaran teroris akibat penyebaran video ini.

Sebelumnya, pemimpin tentara AS di Afghanistan juga menyampaikan hal yang sama ketika pendeta Terry Jones hendak melakukan pembakaran Quran, namun dia membatalkannya.

“Provokasi seperti ini pasti ada akibatnya. Mereka berniat memprotes para jihadis. Peristiwa ini dilakukan baik di Inggris maupun di Amerika akan sangat berbahaya, karena ini dilakukan di barat,” ujar Giggs.
• VIVAnews

0 comments:

Post a Comment